TUGAS 4
1 1. MANUSIA
DAN TANGGUNG JAWAB
A. Pengertian Tanggung Jawab
Setiap manusia harus mempunyai rasa tanggung jawab, dimana rasa tanggung jawab itu harus disesuaikan dengan apa yang telah kita lakukan.Arti dari tanggung jawab menurut kamus bahasa indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah berkewajiban memikul,menanggung segala sesuatunya,dan menanggung segala akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggung jawab itu bersifat kodrati,artinya sudah menjadi bagian hidup dari manusia bahwa setiap manusia dibebani dengan tangung jawab. Apabila di kaji tanggung jawab itu adalah kewajiban yang harus di pikul sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat.
Tanggung jawab adalah ciri manusia yang beradab. Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengadilan atau pengorbanan.
Setiap manusia harus mempunyai rasa tanggung jawab, dimana rasa tanggung jawab itu harus disesuaikan dengan apa yang telah kita lakukan.Arti dari tanggung jawab menurut kamus bahasa indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah berkewajiban memikul,menanggung segala sesuatunya,dan menanggung segala akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggung jawab itu bersifat kodrati,artinya sudah menjadi bagian hidup dari manusia bahwa setiap manusia dibebani dengan tangung jawab. Apabila di kaji tanggung jawab itu adalah kewajiban yang harus di pikul sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat.
Tanggung jawab adalah ciri manusia yang beradab. Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengadilan atau pengorbanan.
B. Pengertian Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran,
pendapat, ataupun tenaga sebagai perrwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang,
hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian bisa
disebut juga sebagai rasa tanggung jawab.
Manusia merupakan makhluk ciptakan Tuhan, sebagai manusia
kita wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian tersebut berarti
penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dan itu merupakan perwujudan tanggung
jawabnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
C. Pengertian
Kesadaran
Kesadaran adalah kesadaran akan perbuatan. Sadar
artinya merasa, tau atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat
akan dirinya, ingat kembali (dari pingsannya), siuman, bangun (dari tidur)
ingat, tau dan mengerti, misalnya , rakyat telah sadar akan politik.
Refleksi merupakan bentuk dari
penggungkapan kesadaran, dimana ia dapat memberikan atau bertahan dalam situasi
dan kondisi tertentu dalam lingkungan. Setiap teori yang dihasilkan oleh
seorang merupakan refleksi tetang realitas dan manusia.
Kesadaran
menurut Sartre berifat itensional dan tidak dapat dipisahkan di dunia. Kesadaran
tidak sama dengan benda-benda. Kesadaran selalu terarah pada etre en sio
(ada-begitu-saja) atau berhadapan dengannya. Situasi dimana kesadaran
berhadapan oleh Sartre disebut etre pour soi (ada-bagi-dirinya). Bahwa
kesadaran saya akan sesuatu juga menyatakan adanya perbedaan antara saya dan
sesuatu itu. Saya tidak sama dengan sesuatu yang saya sadari ada jarak antara
saya dengan objek yang saya lihat. Misalkan entre pour soi menunjuk pada
manusia atau kesadaran. Manusia adalah eter pour soi sebab ia tidak persis
menjadi satu dengan dirinya sendiri. Tiadanya identitas manusiadengan dirinya
sendiri memungkinkan manusia untuk melampaui, untuk mengatasi dirinya dan
menghubungkan benda-benda dengan dirinya sesuai dengan yang dimaksud dan
tujuannya. Ketidak identikan manusia dengan dirinya sendiri tampak dalam
kesadaran yang ditandai oleh regativitas, penidakan. Negativitas menunjukan
bahwa terhadap etre pour soi atau kesadaran hanya dikatan it is not what it is.
Maka kesadaran disini merupakan non identitas, jarak, distansi. Kegiatan hakiki
kesadaran merupakan menindak, mengatakan tidak. Etre por soi tidak lain dari
pada menindak atau menampilkan ketiadaan. Kebebasan bagi Sartre merupakan
kesadaran menindak, dan manusi sendiri merupakan kebebasan. Pada manusialah itu
eksistensi itu mendahului esensi, sebab manusia selalu berhadapan dengan
kemungkinan untuk mengatakan tidak. Selama manusia masih hidup ia bebas untuk
mengatakan tidak, baru setelah kematian maka cirri-ciri hidupnya dapat
dibeberkan. (Alex Lanur, Pengantar dalam “Kata-Kata”)
Kesadaran
sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan yang pasif melainkan suatu
proses aktif yang terdiri dari dua hal hakiki; diferensiasi dan integrasi. Meskipun secara
kronologis perkembangan kesadaran manusia berlangsung pada tiga tahap; sensansi
(pengindraan), perrseptual (pemahaman), dan konseptual (pengertian). Secara
epistemology dasar dari segala pengetahuan manusia tahap perseptual. Sensasi
tidak begitu saja disimpan di dalam ingatan manusia, dan manusia tidak
mengalami sensasi murni yang terisolasi. Sejauh yang dapat diketahui pengalaman
indrawi seorang bayi merupakan kekacauan yang tidak terdeferensiasikan.
Kesadaran yang terdiskreminasi pada tingkatan persep. Persep merupakan
sekelompok sensasi yang secara otomatis terimpandan dintgrasikan oleh otak dari
suatu organisme yang hidup. Dalam bentuk persep inilah, manusia memahami fakta
dan memahami realitas. Persep buka sensasi, merupakan yang tersajikan yang
tertentu (the given) yang jelas pada dirinya sendiri (the self evidence).
Pengetahuan tentang sensasi sebagai bagian komponen dari persep tidak langsung
diperoleh mnusia jauh kemudian, merupakan penemuan ilmiah, penemuan konseptual.
D. Pengertian
Pengorbanan
Pengorbanan adalah pemberian yang didasarkan atas kesadaran
moral yang tulus ikhlas semata-mata. Pengorbanan merupakan akibat dari
pengabdian. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada
perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.
Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan sedangkan
pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian. Dalam pengadian selalu
dituntut pengorbanan, tapi belum tentu pengorbanan menuntut pengabdian.
2. MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
A. Cita-cita
Cita-cita
adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Pandangan
hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Dalam kehidupannya manusia
tidak dapat melepaskan diri dari cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu.
Tidak ada orang hidup tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap
hidup. Sudah tentu kadar atau tingkat cita-cita, kebijakan dan sikap hidup itu
berbeda-beda bergantung kepada pendidikan, pergaulan, dan lingkungan
masing-masing.Itulah sebabnya, cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup banyak
menimbulkan daya kreativitas manusia. Banyak hasil seni yang melukiskan
cita-cita, kebajikan, dan hidup seseorang. Cita-cita ini perasaan hati yang
merupakan suatu keinginan, kemauan, niat, atau harapan. Cita-cita itu penting
bagi manusia, karena adanya cita-cita menandakan kedinamikan manusia.Ada tiga
katagori keadaan hati seseorang, keras, lunak, dan lemah. Orang yang berhati
keras, tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya tercapai. Ia tak menghiraukan
rintangan, tantangan, dan segala kesulitan yang dihadapinya. Orang yang berhati
lunak dalam usaha mencapai cita-citanya menyesuaikan diri dengan situasi dan
kondisi. Orang yang berhati lemah, mudah terpengaruhi oleh situasi dan kondisi.
Cita-cita, keinginan, harapan, banyak menimbulkan daya kreatifitas para
seniman. Banyak hasil seni seperti: drama, novel, film, musik, tari, filsafat
yang lahir dari kandungan cita-cita, keinginan, harapan dan tujuan.
B. Kebajikan
Kebajikan atau
kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakikatnya sama dengan
perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama atau etika.
Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan.
Manusia merupakan makhluk sosial: manusia hidup bermasyarakat, manusia saling
membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota masyarakat.
Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan, dan
sebagainya.Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi,
yaitu: manusia sebagai pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat, dan manusia
sebagai makhluk Tuhan.Manusia sebagai pribadi dapat menentukan baik dan buruk.
Yang menentukan baik dan buruk itu suara hati. Suara hati itu semacam bisikan
dalam hati untuk menimbang perbuatan baik atau tidak. Jadi suara hati itu
merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara hati masyarakat, yang menentukan
baik dan buruk adalah suara hati masyarakat. Suara hati manusia adalah baik,
tetapi belum tentu suara hati masyarakat menganggap baik. Demikian pula manusia
sebagai makhluk Tuhan, manusia pun harus mendengar suara hati Tuhan. Tuhan
selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan mengelak perbuatan yang tidak
baik. Jadi kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita,
suara hati masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun,
barbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian
sopan agar tidak merangsang bagi yang melihatnya. Namun ada pula kebajikan
semu, yaitu kejahatan yang berselubung kebajikan.
C. Sikap Hidup
Sikap hidup
adalah keadaan hati dalam menghadapi hidup. Dalm menghadapi kehidupan, yang
berarti manusia menghadapi manusia lain atau menghadapi kelompok manusia, ada
beberapa sikap etis dan sikap nonetis. Sikap etis disebut juga sikap positif
sedangkan sikap nonetis disebut juga sikap negatif. Ada tujuh sikap etis, yaitu
: sikap lincah, sikap tenang, sikap halus, sikap berani, sikap arif, sikap
rendah hati, dan sikap bangga. Sedangkan sikap nonetisada 6 yaitu : sikap kaku,
sikap gugup, sikap kasar, sikap takut, sikap angkuh, sikap rendah diri.
Sikap-sikap positif bagi bangsa Indonesia. Sikap-sikap itu antara lain : sikap
suka bekerja keras, sikap gotong royong, menjaga hak dan kewajiban, sikap
tolong menolong, dan sikap mengargai pendapat orang lain. kebajikan secara
nyata dan dapat dirasakan melalui tingkah lakunya. Dan, dalam hal ini, tingkah
laku manusia sebagai perwujudan kebajikan inilah yang akan dikemukakan karena
wujudnya dapat dilihat dan dirasakan. Karena tingkah laku bersumber pada
pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri yang
berbeda dari orang lain dan tergantung dari pembawaan, lingkungan, dan
pengalaman. Dalam setiap perbuatan, manusia harus memahami etika yang berlaku
dalam masyarakat. Sehingga kehidupan dalam memasyarakat menjadi tenang dan
tentram.
Namun demikian
dibalik keragaman pendapat tersebut tampaknya ada satu benang merah yang
dipersamakan, yaitu adanya kesepakatan bahwa manifestasi sikap tidak dapat
dilihat secara langsung akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai
tingkah laku yang masih tertutup. Sikap manusia bukanlah suatu konstruk yang
berdiri sendiri, akan tetapi paling tidak ia mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan konstruk-konstruk lain, seperti dorongan, motivasi, atau bahkan
dengan nilai-nilai tertentu.
Motivasi adalah
kesiapan yang ditujukan pada sasaran dan dipelajari untuk tingkah laku
bermotivasi. Sikap adalah kesiapan secara umum untuk suatu tingkah laku
bermotivasi, sedang nilai-nilai sasarn adalah sasaran atau tujuan yang bernilai
terhadap mana berbagai pola sikap dapat diorganisir.
Dalam
buku Strategi Kebudayaan, Van Peursen melihat adanya tiga periode peralihan
mencolok yang dialami manusia pada umumnya. Ketiga periode itu adalah tahap
mistis, tahap ontologi, dan tahap fungsional. Tahap mistis merupakansikap
manusia yang merasa dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya.
Tahap ontologi adalah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan.
Sedangkan tahap fungsional merupakansikap dan alam pikiran yang semakin nampak
dalam diri manusia modern.
Sedangkan
menurut Frans Magnis Suseno melihat adanya dua bahaya yang menjadi kendala
dalam kehidupan manusia dalam mempertahankan sikap hidup yang tepat itu, bahaya
tersebut adalah nafsu dan pamrih. Nafsu merupakan perasaan-perasaan kasar yang
bisa menggagalkan kontrol diri manusia dan sekaligus membelenggunya secara buta
pada dunia lahir. Sedangkan pamrih adalah tindakan yang semata-mata
mengusahakan kepentingannya sendiri tanpa memperdulikan kepentingan orang lain.
Dalam
bukunya Falsafah Hidup Pancasila sebagaimana tercermin dalam Falsafah Hidup
Orang Jawa, Soetrisno melihat adanya tiga nafsu yang begitu menonjolkan aspek
pamrih, antara lain: selalu ingin menang sendiri, selalu ingin benar sendiri,
dan hanya mementingkan kebutuhan sendiri.
Selain
itu, menurut J.C.Tukiman Taruna dalm harian Kompas 8 Januari 1984, ia
menawarkan 6 sikap mental yaitu:
1. Manusia Jawa
itu semakin manja. Dasar yang dipakai adalah kenyataan dalam kehidupan orang
Jawa yang lebih suka dilayani daripada melayani.
2. Manusia Jawa
cenderung boros, hal ini terbukti adanya dorongan yang kuat dalam diri orang
jawaberupa sikap suka menikmati. Manusia Jawa adalah kelompok penikmat dan itu
berarti ingin menikmati yang serba baru dan baik.
3. Adanya sikap
semakin religius. Semangat religius menurun dan cenderung menjadikan rumah
ibadah sebagaipusat kehidupan sosial.
4. Manusia Jawa
itu pendendam. Apabila menyangkut harga diri manusia Jawa tidak mengenal
pengampunan dan tidak bisa memaafkan.
5. Manusia Jawa
mudah terpengaruh.
6. Manusia Jawa
bukan pionir. Hal ini terbukti orang Jawa lebih suka menunggu lowongan
pekerjaan daripada menciptakan lapangan pekerjaan.
D. Manusia Dan
Pandangan Hidup
Akal dan budi sebagai milik manusia
ternyata membawa ciri tersendiri akan diri manusia tersebut. Sebab akal dan
budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan dibandingkan makhluk lain. Satu
diantara keunggulan manusia tersebut ialah pandangan hidup. Disatu pihak
manusia menyadari bahwa dirinya lemah, dipihak lain manusia menyadari
kehidupannya lebih kompleks.
Pandangan hidup merupakan masalah yang
asasi bagi manusia. Sayangnya tidak semua manusia menyadari, sehingga banyak
orang yang memeluk sesuatu agama semata-mata atau dasar
keturunan. Pandangan hidup penting bagi kehidupan manusia dimasa
sekarang maupun kehidupan di akhirat, dan sudah sepantasnya setiap manusia
memilikinya.
Perlu kita sadari bahwa baik Tuhan
maupun agama bagi kita adalah suatu kebutuhan. Buka kebutuhan sesaat melainkan
kebutuhan yang terus menerus dan abadi. Sebab setiap saat kita memerlukan
perlindungan Tuhan dan petunjuk agama sampai di akhir nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar